Sabtu, 26 Mei 2012

Makalah Anatomi dan Identifikasi Kayu


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu kebutuhan manusia, kayu diperlukan untuk berbagai kebutuhan hidup seperti untuk bahan bangunan, bahan baku perabot rumah tangga dan lain-lain. Dengan bertambahnya populasi manusia maka kebutuhan akan kayu juga semakin meningkat. Kayu memiliki sifat-sifat yang berbeda, baik itu antar jenis kayu maupun pada jenis kayu yang sama, bahkan dalam satu pohon pada posisi yang berbeda sifat fisik dan mekaniknya berbeda. Selain itu kita perlu mengetahui banyak hal seperti ciri anatomi, ciri umum, sifat dan kegunaan kayu tersebut.
B.     TUJUAN
Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah:
1.      Untuk mengetahui ciri umum kayu, ciri anatomi kayu, sifat dan kegunaannya serta sifat lainnya.
2.      Memberikan pengetahuan lebih lanjut tentang kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL).

















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pohon Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
Kayu Jongkang termasuk jenis kayu yang memiliki kelas awet III, sedangkan kekuatannya termasuk kelas kuat II dan III, mudah dikerjakan dan dapat digunakan sebagai bahan baku kontruksi ringan. Tinggi pohon 30 m – 45 m, panjang batang bebas cabang 15 m – 30 m, dengan diameter 50 cm – 100 cm, bentuk batang lurus selindris kadang-kadang berbanir 1 m – 2 m, dan warna daun merah karat.
Di Kalimantan kayu Jongkang ditemukan di hutan primer tumbuh pada dataran rendah tanah berawa dengan jenis tanah liat atau tanah berpasir, di daerah banyak hujan pada ketinggian 900 m dari permukaan laut.

B.     Klasifikasi Botani Kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
Kingdom   : Plantae
Divisio       : Spermatophyta
Sub divisio: Angiospermae
Class          : Dicotyledoneae
Ordo          : Sapotaeales
Family       : Sapotaceae
Genus        : Palaquium
Species      : Palaquium leiocarpum BOERL

C.     Ciri Umum Kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan,  pen-ciuman,  perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :
1.      Warna
Kayu teras berwarna bervariasi dari coklat kuning, coklat muda, coklat ungu, coklat merah sampai coklat  atau merah tua. Kayu gubal berwarna lebih muda, tapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu teras, tebal sering kali 5 sampai 10 cm .
2.      Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang, untuk kayu ini teksturnya halus sampai agak kasar dan merata.


3.      Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah seratnya lurus sampai agak terpadu.
4.      Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu. Kesan raba permukaan kayu ini adalah kayu agak licin.
5.      Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Khusus untuk berat jenis kayu ini adalah sekitar 0,73.
6.      Sifat Pengerjaan
Pada umumnya mudah dikerjakan, kayu dapat diserut sampai sangat halus dan dapat diplintur dengan baik, meskipun harus didempul terlebih dahulu.
7.      Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. 
8.      Kilap
Kilap adalah sifat kayu untuk memantulkan cahaya. Untuk kayu ini kesan yang nampak pada permukaan kayu mengkilap.
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan  pembesaran 10 kali. Sifat struktur/ sifat mekanik kayu yang diamati adalah :
1.      Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu. Contohnya kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL), getahnya berwarna putih.
2.      Keteguhan lentur statis
Pada bagian pangkal kekuatannya kayu ini lebih besar dibanding dengan ujung, dimana nilai kerapatan adalah semakin menurun dari bagian pangkal ke ujung.



3.      Keteguhan Lentur Patah
Menunjukkan bahwa tingkat kadar air, faktor bagian batang dan interaksi antara kadar air dan bagian batang tidak berpengaruh nyata terhadap uji lentur patah pada kayu ini.
4.      Keteguhan Sejajar Serat
Nilai keteguhan sejajar serat menunjukkan adanya penurunan dari pangkal kebagian ujung dan mengalami peningkatan dari kadar air. Untuk jenis kayu ini bila suatu batang pendek ditekan sejajar serat sampai terjadi kerusakan ternyata kerusakan terjadi secara bertahap.
5.      Parenkim
Parenkim pada kayu ini berbentuk tangga, parenkim bentuk pita berjarak rapat dan teratur yang tebalnya kurang dari tebal jari-jari, sehingga membentuk susunan mirip anak tangga.
6.      Jari-jari
Jari-jari adalah parenkim dengan arah horizontal. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya. Jari-jari pada kayu jongkang nampak agak lebar 24-50µ.
7.      Pembuluh     
Sel-sel pembuluh tampak jelas dengan bantuan lup berkekuatan pembesaran 10x, berbentuk seperti pori-pori pada penampang lintang batang kayu. Pada pembuluh kayu jongkang  umumnya berbentuk berganda radial 2, sampai 4 sel.
8.      Serat
Adalah suatu yang tampak berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Panjang serat kayu ini ialah 1.817 µ dengan diameter 21 µ.
9.      Kerapatan
Kerapatan kayu merupakan ketahanan kayu dan kekuatannya, untuk kayu ini kerapatannya adalah 555 sampai 900 kg/m³
10.  Pori-pori
Yaitu sel-sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal yang dapat dilihat pada penampang melintang. Pada kayu ini Pori-porinya soliter dan bergabung atau berkelompok 3-5 dalam arah radial, diameter 50-150 µ, kadang-kadang berisi tilosis atau endapan berwarna putih-kuning.
11.  Dinding sel
Dinding sel yaitu stuktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar untuk sel yang baru pada kayu ini sangat tipis.
12.  Lignin
Lignin bersifat termoplastik dan sangat stabil atau sukar dipisahkan. Kandungan atau kadar lignin pada kayu jongkang yaitu 29,9%.
13.  Selulosa
Merupakan struktur dasar sel tanaman, kadar selulosa pada kayu ini 47,4%.
D.    KEGUNAAN KAYU Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
Kayu Jongkang ( digunakan untuk papan perumahan, kayu lapis, lantai, rangka pintu dan jendela, alat musik, alat olah raga, industri, alat kedokteran, bahan isolasi dan perkapalan). Di samping itu jongkang juga menghasilkan getah yang disebut Hangkang Gum. Selanjutnya menurut Hayne (1987:1578) menggunakan diantara getah perca, kayu  jongkang menempatkan diri kira-kira pada tempat yang sama seperti jelutung, diantara getah liar harganya lebih tinggi, oleh karena kayu Jongkang tidak mengandung air yang berlebihan yang memberatkan jelutung. Kayu Jongkang banyak digunakan untuk memalsukan jenis-jenis yang lebih baik.

E.     Silvikultur
1.      Tempat tumbuh
Jongkang tumbuh di hutan hujan tropis primer pada tanah datar di daerah pinggir sungai yang sering tergenang air, sampai di lereng dan punggung bukit dengan tekstur tanah liat atau bercampur pasir, pada ketinggian sampai 900 m dari permukaan laut.
2.      Buah
Pohon jongkang berbunga dan berbuah setiap tahun. Bentuk buah lonjong dan berwarna coklat ketika sudah masak.
3.      Permudaan
Permudaan alam tidak banyak terdapat dan tumbuh secara tersebar. Pertumbuhan anakan menghendaki tempat terbuka. Sistem TPI dapat diterapkan dengan diikuti perawatan permudaan.
F.      Gambar Kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
1.                                                           2.










2.      Parenkim Apotrakea bentuk tangga pada kayu jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL)
           

 






Gambar 3. Sepotong kayu untuk memperlihatkan bidang pengamatan: A. Bidang melintang; B. Bidang radial; C. Bidang tangensial










BAB III
PENUTUP
Kegiatan untuk menentukan suatu jenis kayu, secara teknis menjadi sangat penting dalam rangka menentukan rencana penggunaannya, serta untuk kepentingan transaksi jual-beli atau perdagangan kayu.
Secara teoritis, metode,pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah dipelajari sebagai suatu pengetahuan.
















BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Martawijaya Abdurahim dkk. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Saburi. 2003. Pengujian Sifat dan Mekanik Kayu Jongkang (Palaquium leiocarpum BOERL). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.




Tugas Silvika


Tugas Silvika
Zulfian: G01110165
Beberapa Tanaman yang akan dibahas di bawah ini:
A.Tanaman Sengon (Parasirianthes falcataria)
a)      tanah. Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
b)      Iklim. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 - 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° - 27 °C.
c)      Curah Hujan. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 - 4000 mm.
d)     Kelembaban. Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
e)      Hama. Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
B. Tanaman Ramin (Gonystylus bancanus)
Ramin tumbuh pada tanah podsolik, tanah gambut, tanah aluvial dan tanah lempung berpasir kwarsa yang terbentuk dari bahan induk endapan. Habitat Ramin mempunyai tingkat keasaman (pH) bervariasi dari 3,6 sampai dengan 4,4. Pohon jenis Ramin tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 dpl. Curah hujan pada tanaman ini berkisar antara 1.100mm-3.300mm/tahun dan kelembaban 74,37%-90,38% suhu yang diperlukan 25,960C-32,700C.
C. Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)
            Jabon umumnya tumbuh pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan A dan D, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dari permukaan laut.
Jabon termasuk jenis intoleran yakni tumbuhan yang memerlukan cahaya murni alias tak tahan ada naungan ketika tumbuhnya, suhu maksimum 32-43 C. akhir-akhir ini tersudutkan oleh seringnya mengalami serangan penyakit, dikenal masyarakat sebagai karat Puru atau Karat Tumor (gall rust). Jamur ini bisa berkembang biak hanya dari 1 inang saja, yaitu tanaman sengon laut dalam seluruh siklus hidupnya. Penyakit ini ditunjukan oleh munculnya bintil-bintil kecil di salah satu cabang atau ranting. Serangan penyakit ini sangat mematikan, kalau sudah ada gejala itu, maka potong segera cabang itu, kemudian kuburlah, agar dengan itu tidak menyebar.

Kondisi Keadaan Daerah Penanaman di Kabupaten Sambas

            Kabupaten Sambas terletak di antara 1’23” LU dan 108’39” BT. Iklim Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari/bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus.

Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05 °C. Suhu udara terendah 21,2 °C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0 °C pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm.
 Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis Organosol, Aluvial dan Podsolik Merah Kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK), Ph tanah yang terdapat di daerah Kabupaten Sambas berkisar antara 4-7.
Wilayah Kota Sambas berupa dataran pantai / aluvial sungai yang hampir tanpa gelombang, sangat datar dan landai. Kota ini berada pada ketinggian 7,2 – 9,8 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan hanya 0 – 2 % saja. 
Titik tertinggi berada di kawasan bagian Utara di wilayah Desa Senyawan dengan ketinggian 9,8 meter dpl sedangkan titik terendah berada di hilir Sungai Sambas Kecil di wilayah Desa Saing Rambi. 
Pola topografi Kota Sambas dibentuk oleh pola aliran tiga sungai penting yaitu Sungai Sambas Besar di Utara, Sungai Sambas Kecil di tengah wilayah dan Sungai Teberuh yang merupakan anak sungai Sambas Kecil bermuara tepat di kawasan Keraton Sambas.  Lahan umumnya miring ke arah badan sungai-sungai tersebut.



Kondisi Lingkungan Jabon, Sengon dan Ramin di  Daerah Kabupaten  Sambas
Spesies Tanaman
Curah hujan musiman
Musim kering terpendek
Suhu maksimal pd bulan kering
Topografi yang sesuai
Kondisi tanah yg sesuai
Tidak terdapat hama/penyakit
Sengon (Parasirianthes falcataria)
-
-
-
-
V
-
Ramin (Gonystylus bancanus)
V
V
V
V
V
-
Jabon (Anthocephalus cadamba)
V
-
-
-
V
-
Kesimpulan Penanaman
            Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa tanaman yang tidak sesuai dan sesuai ditanam di daerah Kabupaten Sambas berikut pembahasannya:
a.       Sengon (Parasirianthes falcataria) dan Jabon (Anthocephalus cadamba)
Dari data tersebut kita tahu bahwa tanaman tersebut tidak sesuai ditanam pada daerah Sambas, apabila dilakukan penanaman perlu dilakukan beberapa proses dan perlu dana yang cukup besar, dan juga memerlukan penanganan khusus dan apabila dilakukan penanaman tidak dilakukan atau tidak melihat kondisi lingkungan maka yang akan terjadi pada tanaman tersebut pertumbuhannya tidak baik, akan terserang hama, mudah terserang penyakit dan banyak lagi hal-hal yang akan terjadi apabila dilakukan penanaman.
b.      Ramin (Gonystylus bancanus)
Dapat disimpulkan bahwa pada tanaman ini sangat sesuai ditanam pada daerah ini. Sehingga pada daerah ini mampu memproduksi atau dapat dilakukan penanaman secara besar-besaran dan juga tidak banyak melakukan proses penyesuaian sehingga dengan mudah proses penanaman dan tidak membutuhkan penaganan secara intensif. Dalam kegiatan penanaman ini kita hanya memperhatikan kualitas bibit yang tahan terhadap hama dan penyakit.